Rabu, 20 Juni 2012

Sejarah Buah Singkong



    Jenis singkong Manihot esculenta pertama kali dikenal di Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa pra-sejarah di Brasil dan Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat ditemukan bertumbuh liar di Brasil selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar ada banyak, semua varitas M. esculenta dapat dibudidayakan. Produksi singkong dunia diperkirakan mencapai 184 juta ton pada tahun 2002. Sebagian besar produksi dihasilkan di Afrika 99,1 juta ton dan 33,2 juta ton di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia. Singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia (waktu itu Hindia Belanda) pada sekitar tahun 1810, setelah sebelumnya diperkenalkan orang Portugis pada abad ke-16 ke Nusantara dari Brasil.

Singkong sering disebut-sebut sebagai bahan makanan ndesa atau berasal dari kampung. Meski saat ini beraneka ragam usaha makanan yang berbahan dasar singkong mulai menjamur, namun rata-rata usaha tersebut masih bermotivasi untuk “mengangkat derajat” singkong supaya lebih bergengsi. Artinya, singkong masih dianggap sebagai bahan makanan rendahan.
Di mata pemerintah dan masyarakat, singkong pun dianggap sebagai bahan makanan lokal yang perlu digalakkan sebagai bahan makanan pokok alternatif. Istilah bahan makanan lokal juga perlu dicermati, sebab tanaman singkong ternyata bukan berasal dari Indonesia.
Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada masa prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok penduduk asli Amerika Selatan bagian utara, selatan Mesoamerika, dan Karibia sebelum Columbus datang ke Benua Amerika. Ketika bangsa Spanyol menaklukan daerah-daerah itu, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh kolonial Portugis dan Spanyol.

Di Indonesia, singkong dari Brasil diperkenalkan oleh orang Portugis pada abad ke-16. Selanjutnya singkong ditanam secara komersial di wilayah Indonesia sekitar tahun 1810.
Kini, saat sejarah tersebut terabaikan, singkong menjadi bahan makanan yang merakyat dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia.

Kandungan gizi singkong per 100 gram meliputi:
  • Kalori 121 kal
  • Air 62,50 gram
  • Fosfor 40,00 gram
  • Karbohidrat 34,00 gram
  • Kalsium 33,00 miligram
  • Vitamin C 30,00 miligram
  • Protein 1,20 gram
  • Besi 0,70 miligram
  • Lemak 0,30 gram
  • Vitamin B1 0,01 miligram

Sejarah Nabi Muhammad SAW



Nasab Nabi Muhammad Sholallah ‘alahi wa aalihi wa shohbihi was salam Nasab Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdil Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan dan seterusnya sampai kepada Nabi Ibrahim alaihis salam.

Kelahiran Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam

Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan pada hari Senin bulan Rabi’ul Awwal tahun Gajah. Ada yang meriwayatkan bertepatan dengan tanggal 2 namun ada riwayat lain yang menyatakan tanggal 3, akan tetapi pendapat yang paling masyhur menurut Jumhurul ulama adalah tanggal 12 Rabi’ul Awwal. Selama ibu baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam mengandung, tidak sedikitpun merasa berat maupun ngidam. Akan tetapi sebagian ulama mengatakan bahwa dia merasa sedikit berat hanya ketika mulai mengandung saja, namun setelah itu, dia merasakan penuh kemudahan dan keringanan. Bahkan, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan tidak seperti manusia-manusia lainnya. Ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam lahir dalam keadaan telah terkhitan dan tali pusatnya terpotong bersih sambil menggenggam jari jemarinya dan memberi isyarat dengan jari telunjuknya seperti orang yang sedang bertasbih. Namun ada pendapat lain yang mengatakan bahwa kakeknyalah yang telah mengkhitankan beliau pada hari ketujuh dari kelahirannya. Para ulama berbeda pedapat tentang masa baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berada dalam kandungan ibunya, diantara pendapat terkuat adalah bahwa beliau berada dalam kandungan ibu selama 9 bulan. Hari Senin adalah adalah hari yang penuh berkah. Imam Ahmad Ibnu Hambal meriwayatkan sebuah hadits dari Ibnu Abbas ra, “Dia berkata bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dilahirkan pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi rasul juga pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam keluar untuk berhijrah dari Mekkah ke Madinah juga pada hari Senin dan sampai di Madinah al-Munawwarah juga pada hari Senin, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam wafat juga pada hari Senin dan beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam mengangkat Hajar Aswad (ketika Ka’bah di bangun kembali oleh orang-orang Quraisy) juga pada hari senin.” Pada malam kelahiran Rasululah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam terjadi berbagai macam keanehan dan keajaiban, di antaranya adalah robohnya patung-patung yang ada di sekililing Kabah. Bersama kelahiran beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pula, muncul cahaya yang sangat terang sehingga dapat menerangi istana-istana yang ada di negeri Syam (Syiria pada saat ini). Di antara keanehan dan keajaiban yang lain adalah adanya goncangan yang amat dahsyat meluluhlantahkan istana Kaisar Persia dan menhancurkan beranda-berandanya. Api persembahan mereka yang belum pernah padam selama seribu tahun tiba-tiba padam. Danau yang biasa meluap seketika itu surut. (sebuah danau yang sangat besar di wilayah Persia).



Yang Mengasuh dan Menyusui Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam Orang yang pertama kali menyusui Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah ibunya sendiri Aminah az—Zurriyah, setelah itu beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam disusui oleh Tsuwaibah al-Aslamiyah selama beberapa hari. Tsuwaibah al-Aslamiyah adalah salah seorang budak wanita Abu Lahab yang dibebaskan ketika dia menyampaikan berita gembira tentang kelahiran Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kepadanya, sehingga dengan itu, maka Allah Swt meringankan siksaan atasnya. Hal itu sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam sebuah hadits Muallaq bahwa setelah Abu Lahab meninggal dunia seseorang mimpi bertemu dengannya, lalu dia memberitahu kepadanya bahwa dalam setiap hari Senin dia telah diringankan siksaannya oleh Allah Swt karena memerdekakan budaknya Tsuwaibah sebagai tanda kegembiraannya terhadap kelahiran Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam. Ibnu Mandah salah seorang ahli tafsir terkemuka telah memasukkan Tsuwaibah dalam kategori sahabat, namun para ulama telah berbeda pendapat tentang hal itu. Nabi Muhammad memberikan penghormatan yang baik terhadap Tsuwaibah al-Aslamiyah. Terbukti ketika Tsuwaibah al-Aslamiyah mengunjungi beliau setelah menikah dengan Khadijah radhiallahuanha, demikian pula dengan Sayyidah Khadijah ra. Begitu pula setelah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam hijrah ke Madinah beliau juga mengirimkan pakaian dan uang padanya hingga dia meninggal dunia. Setelah itu Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam disusui oleh Halimah binti Abi Dhuaib as-Sa’diyah. Nabi Muhammad sholallah alahi was salam dibawa oleh Halimah ke desanya di Bani Sa’ad yaitu sebuah desa di wilayah Thaif. Menurut pendapat yang benar bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam tinggal di sana selama empat tahun. Selama mengasuh Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam, Halimah dan keluarganya dianugerahi oleh Allah Swt rizki yang melimpah dan kehidupan yang sejahtera. Syaima’ adalah puteri Halimah as-Sa’diyah yang turut bersama ibunya mengasuh baginda Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam. Selanjutnya Halimah as-Sa’diyah mengembalikan Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada ibunya karena takut terhadap peristiwa pembedahan dada yang terjadi padanya ketika Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia empat atau lima tahun. Setelah itu, Halimah as-Sa’diyah tidak lagi pernah melihat Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam kecuali hanya dua kali, yaitu yang pertama, setelah Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam menikah dengan Sayyidah Khadijah ra, dia datang kepada beliau sholallah alahi was salam dan mengadukan kepadanya tentang paceklik yang menimpa negerinya. Pada waktu itu Sayyidah Khadijah ra memberikan 20 ekor kambing dan hadiah-hadiah yang lainnya. Dan yang kedua yaitu pada saat terjadinya perang Hunain. Di samping itu, Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah diasuh oleh Ummu Aiman Barakah al-Habasyiah, dia adalah bekas budak perempuan ayah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam, namun setelah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dewasa, dia dibebaskan oleh beliau dan dinikahkan dengan Zaid bin Haritsah.



Masa Pertumbuhan Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dibesarkan dalam keadaan yatim. Ayahnya meninggal dunia pada saat beliau sholallah alahi was salam masih berada dalam kandungan ibunya. (Inilah pendapat yang paling masyhur yang dipilih oleh Ibnu Katsir dan lain-lain karena ada pendapat lain yang yang mengatakan bahwa ayah Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal ketika Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia dua puluh delapan bulan. Dan pada saat itu ayahnya berusia dua puluh lima tahun, demikian menurut pendapat yang benar.) Sepeninggal ayahnya semua biaya hidup Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam ditanggung oleh kakek beliau yang bernama Abdul Muthalib. Pada saat berusia enam tahun, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diajak pergi oleh ibunya ke kota Yatsrib (Madinah al-Munawwarah) untuk mengunjungi keluarga bibi-bibi beliau dari Bani Najjar. Di sana beliau tinggal bersama mereka selama satu bulan. Setelah itu, barulah mereka kembali. Namun dalam perjalan pulang ibunya sakit yang menyebabkannya meninggal dunia, sehingga sekaligus dimakamkan di desa Abwa’. Beliau pulang bersama Ummu Aiaman yang kemudian menyerahkan Nabi sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pada kakeknya Abdul Muthalib. Ada riwayat lain yang mengatakan bahwa setelah meninggal dunia, jenazah ibunya sempat dibawa pulang ke Mekkah dan dimakamkan di sana. Demikian menurut Ibnu Jauzi dalam kitab Al-Wafa’. Kakek beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam wafat pada saat beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia 8 tahun. Setelah itu, Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam diasuh oleh paman beliau Abu Thalib sesuai dengan wasiat kakeknya. Sejak saat itu Abu Thalib menjadi pengasuh dan pelindung Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dari musuh-musuh beliau. Abu Thalib juga sangat mencintai Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam. Kehidupan Abu Thalib sangat miskin, namun Allah Swt telah melimpahkan keberkahan dan kemakmuran kepadanya berkat pengasuhannya terhadap Nabi Muhammad sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam. Ketika berusia 12 tahun, beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam dibawa oleh pamannya Abu Thalib ke Syam untuk berdagang, namun dia segera memulangkannya kembali karena takut terhadap apa yang akan dilakukan oleh orang-orang Yahudi kepadanya sebagaimana peringatan Pendeta Bukhaira kepada Abu Thalib. Kemudian yang kedua kalinya adalah ketika Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam pergi bersama Maisarah budak Khadijah ra untuk membawa barang dagangan ke Syam. Pada waktu itu Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berusia 25 tahun. Kebetulan malam tanggal 16 Dzul Hijjah, ketika Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam singgah di bawah sebuah pohon, seorang pendeta mendekat seraya berkata, “Tidak ada orang yang singgah di bawah pohon ini kecuali dia adalah seorang nabi.”



Keadaan Nabi Muhammad Sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam sebelum Diutus Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah seorang hamba yang taat beragama dan gemar beribadah. Beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam benci terhadap berhala dan hal-hal yang haram, disamping itu, beliau juga seorang penggembala domba. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam bersabda:

“Allah Swt tidak mengutus seorang nabi kecuali dia pernah menggembala domba. Lalu seorang bertanya kepada Beliau, “Apakah engkau juga?” Maka Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam menjawab, “Ya.”. Sebelum diutus menjadi nabi, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah berdagang. Diantara salah seorang yang pernah menjadi rekanan beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah Saib Abi Saib. Oleh karena itu, pada saat pembukaan kota Mekkah Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya: مَرْحَبًا بِأَخِي وَشَرِيْكِي

“Selamat datang, wahai saudara dan rekananku.” Dan di dalam berdagang Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam tidak pernah menipu maupun menyakiti orang lain. Disamping itu, Rasulullah sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam juga telah melakukan perniagaan ke Syam dengan membawa barang dagangan milik Sayyidah Khadijah ra, dan beliau sholallah alahi was salam pulang dengan membawa keuntungan yang sangat banyak, sebuah keuntungan yang tidak terbanyangkan sebelumnya. Pada saat itu usia beliau sholallah alahi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah 25 lima tahun.



Nama-nama Nabi Muhammad Sholallah Alaihi wa aalihi wa shohbihi Was salam Di antara nama-nama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sebagimana disabdakan oleh beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sendiri adalah :

أَنَا مُحَمَّدُ, أَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا المَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللهُ بِهِ الكُفْرَ, وَأَنَا الحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِيْ, وَأَنَا العَاقِبُ فَلاَ نَبِيَّ بَعْدِي.

“Aku adalah Muhammad (terpuji), Ahmad (memuji), Maahi (yang menghapus kekafiran), Haasyir (yang mengumpulkan seluruh umat manusia dihadapannya), ‘Aaqib (penutup para nabi).” Dalam riwayat yang lain juga disebutkan:

أَنَا المُقَفَّى وَنَبِيُّ التَّوْبََة وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ.

Aku adalah Muqaffa (yang dimuliakan), Nabiyyut Taubah (nabi pembuka pintu taubat) dan Nabiyyur Rahmah (nabi pembawa rahmat)”.

Adapun dalam Shahih Muslim disebutkan, “Nabiyyul Malhamah (Nabi yang memimpin peperangan.” Dalam al-Quran Allah Ta’ala menyebut Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dengan nama-nama berikut ini : Basyiran (pembawa berita gembira), Nadziiran (pemberi ancaman), Siraajan Muniiran (pelita yang terang), Rauufan Rahima (pengasih dan penyayang), Rahmatal lil’alamiin (pembawa rahmat bagi alam semesta). Muhammad, Ahmad, Thaha, Yaasin, Muzammil (orang yang berselimut), Mudatstsir (orang yang berkemul) dan Abdullah (hamba Allah) yaitu sebagaimana tertera dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَأَنَّهُ لَمَا قَامَ عَبْدُ اللهِ يَدْعُوْهُ. (الجن : 19)

“Dan bahwasanya tatkala hamba Allah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadat).” (Al-Jin : 19). Dalam al-Qur’an Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga dipanggil dengan nama An-Nadziir al-Mubiin (pemberi peringatan yang menjelaskan), yaitu sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi:

وَقُلْ إَنِّي أَنَا النَذِيرُ المُبِيْنُ (الحجر :89)

“Dan katakanlah sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan.” (Al-Hijr : 89) Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga dipanggil dengan nama Mudzakkir (yang memberi peringatan). Hal itu sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang berbunyi : إَنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّر (الغاشية : 21) “Maka berilah peringatan karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Al-Ghaasyiyah : 21) Dan banyak lagi nama-nama lainnya, namun kebanyakan nama-nama tersebut adalah sifat.



Tanda-tanda Kenabian Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam

Ada beberapa tanda kenabian Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, diantaranya adalah sebagai berikut : Peristiwa Pembedahan dada. Peristiwa tersebut terjadi sebanyak empat kali. Peristiwa Pembedahan dada yang pertama terjadi pada saat Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berada dalam asuhan Halimah as-Sa’diyah dan ketika itu beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam masih berusia empat tahun. Demikian menurut pendapat yang benar. Peristiwa Pembedahan dada yang kedua, pada saat usia beliau sepuluh tahun.(hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, Ibnu Hibban dan al-Hakim. Dijelaskan juga dalam Syarah Imam az-Zarqoni ala al-Mawahib al-Ladunniyah li al- Qasthalani). Peristiwa Pembedahan dada yang ketiga terjadi ketika Jibril datang kepadanya untuk memberikan wahyu atau pada saat beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat sebagai seorang nabi dan pada saat itu beliau sholallah alaihi was salam berusia empat puluh tahun. (hal tersebut sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abi Dawud ath-Thayalisi dan penjelasan yang ada dalam Syarah Imam az-Zarqoni al al -Mawahib al-Ladunniyah li al-Qasthalani). Peristiwa Pembedahan dada yang keempat terjadi pada malam Isra’ Mi’raj, ketika Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak diisra’kan, hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim. Ketahuilah bahwa seluruh cerita tentang peristiwa pembedahan dada dan pembersihan hati Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah peristiwa yang wajib kita yakini, tidak ragu-ragu tanpa membayangkan bagaimana hakikat yang sebenarnya, karena peristiwa yang seperti itu bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Allah. Khatimun Nubuwwah (Cap kenabian). Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan bentuknya, akan tetapi menurut pendapat yang paling masyhur adalah berbentuk seperti telur burung merpati, yaitu sepotong daging yang timbul pada punggung sebelah kiri bagian atas Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, ia memancarkan cahaya dan berbau wangi serta meningkatkan wibawa. Mimpi yang nyata. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam tidak pernah mimpi sesuatu kecuali ia akan menjadi kenyataan. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam acap kali melihat cahaya dan sinar serta mendengar suara-suara. Disamping itu beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga dapat mendengarkan ucapan salam bebatuan dan pepohonan serta terlindungi dari panasnya terik matahari dengan awan yang selalu berada di atas beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam.



Anak-Anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam

Anak-anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah sebagai berikut : Qasim, dengannya Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam memperoleh julukan abul Qasim. Dia dilahirkan sebelum Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi begitu pula meninggalnya, dia meninggal dunia dalam usia 2 tahun. Abdullah, dia juga dinamai dengan ath-Thayyib dan ath-Thahir. Dia dilahirkan setelah Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi, namun ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa dia dilahirkan sebelum Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam diangkat menjadi nabi. Ada juga pendapat lain yang mengatakan bahwa ath-Thayyib bukanlah ath-Thahir. Zainab. Ruqayyah. Ummu Kultsum Fathimah az-Zahra ra. Anak-anak perempuan Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam seluruhnya mengalami zaman Islam dan turut berhijrah bersama Rasululah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam. Perlu kami sampaikan di sini bahwa mereka semua adalah anak-anak dari Khadijah ra. Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga memiliki anak lain yang dilahirkan di Madinah yaitu Ibrahim, dia dari Mariyah al-Qibthiyyah. Ibrahim meninggal dunia ketika berusia 70 hari. Menurut sebagaian riwayat adalah 7 bulan dan riwayat yang lain lagi 8 bulan. Seluruh anak Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal dunia pada saat beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam masih hidup kecuali Fathimah az-zahra, dia meninggal 7 bulan setelah nabi wafat. Zainab adalah anak perempuan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling besar, dia menikah dengan Abul Ash bin Rabi’ dan dia telah masuk Islam. Dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia pada saat usianya masih dini. Disamping itu dia juga memiliki anak yang lain yaitu Umamah, seorang anak yang pernah digendong oleh Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam pada saat beliau melakukan shalat. Setelah dewasa Umamah menikah dengan Ali bin Abi Thalib yakni setelah meninggalnya Fathimah az-Zahra bibinya serta atas wasiat darinya. Sepeninggal Ali bin Abi Thalib Umamah menikah kembali dengan Mughirah bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Yahya al-Mughirah. Umamah meninggal dunia ketika menjadi isteri Mughirah. Fathimah az-Zahra ra menikah dengan Ali bin Abi Thalib ra, beliau memiliki beberapa orang anak yaitu, Hasan, Husein, Muhsin, Ruqayyah, Zainab, dan Ummu Kultsum radhyallahu ‘anhum. Muhsin meninggal dunia pada saat masih bayi sedangkan Ruqayyah meninggal dunia sebelum dewasa. Zainab menikah dengan Abdullah bin Ja’far dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Ali, namun ia meninggal dunia pada saat masih kecil. Sedangkan Ummu Kultsum menikah dengan Umar bin Khathab ra dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yaitu Zaid. Setelah itu, dia menikah kembali dengan ‘Auf bin Ja’far, setelah itu diperisteri oleh saudaranya yaitu Abdullah bin Ja’far. Adapun Ruqayyah (puteri Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam) dia menikah dengan Utsman bin Affan dan dengan pernikahan tersebut dia dikaruniai seorang anak laki-laki yang bernama Abdullah. Ruqayah meninggal dunia pada hari dimana Zaid bin Haritsah datang membawa kabar gembira tentang kemenangan kaum muslimin di perang Badar. Setelah Ruqayyah meninggal dunia, Utsman bin Affan ra menikah kembali dengan saudaranya yakni puteri Nabi sholallah alaihi was salam yang satunya yaitu Ummu Kultsum, dan dia meninggal dunia di sisinya pada bulan Sya’ban tahun sembilan kenabian.



Hijrah Nabi Muhammad Sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam

Pada tahun ketiga belas dari kenabian, Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam memerintahkan pada sahabatnya dan orang-orang Islam yang berada di Makkah untuk berhijrah menuju Madinah agar bergabung dengan saudara-saudara mereka dari kaum Anshar. Nabi berkata : إِنَّ اللهَ عَزَّ وّجَلَّ جَعَلَ لَكُمْ إِخْوَانًا وَدَارًا تَأْمَنُوْنَ بِهِا.

“Sesungguhnya Allah telah mempersiapkan keluarga dan rumah sebagai tempat berlindung yang aman untuk kamu sekalian.” Maka keluarlah mereka berbondong-bondong menuju Madinah. Tetapi untuk sementara Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam tetap tinggal di Makkah sambil menunggu izin dari Allah untuk keluar berhijrah. Diantara mereka adalah Umar bin Al-Khattab, Talhah bin Zaid, Hamzah, Abdurrahman bin Auf, Zubair bin Awwam, Abu Hudzaifah, Usman bin Affan dan lain-lain. Dan setiap hari orang Islam secara bertahap berhijrah ke Madinah sehingga tidak ada yang tinggal bersama Nabi di Makkah kecuali Imam Ali bin Abi Thalib dan Abu Bakar As-Shiddiq radhiyallah ‘anhuma beserta orang-orang yang tertahan dan tersiksa. Kemudian Nabi mendatangi rumah Abu Bakar dan berkata kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kepadaku untuk berhijrah.” Maka Abu Bakar serentak menjawabnya, “Aku akan menemanimu, wahai Rasulullah!” Rasulullah menjawab pula, ”Ya, memang Kaulah yang kuminta menemaniku nanti.” Mendengar jawaban itu, Abu Bakar menangis karena terharu dan gembira. Jauh sebelumnya Abu Bakar telah menyediakan dua ekor unta sebagai kendaraan mereka untuk berhijrah, dan ia telah mengupah Abdullah bin Uraiqit sebagai teman dan penunjuk jalan ke Madinah. Nabi keluar bersama Abu Bakar dengan sembunyi-sembunyi menuju gua Tsaur. Dan Abu Bakar telah berpesan kepada Abdullah bin Abu Bakar puteranya, untuk mendengarkan apa yang dibicarakan orang di Makkah tentang mereka berdua, serta menyuruh Amir bin Fuhairah bekas budaknya untuk menggembala kambingnya pada siang hari dan beristirahat pada malam harinya di sekitar tempat persembunyian mereka berdua itu. Puteri Abu Bakar Asma’ senantiasa mengirim makanan bagi keduanya. Setelah Nabi dan Abu Bakar masuk ke dalam gua, Allah memerintahkan laba-laba untuk membuat sarang di antara mulut gua itu dengan pohon yang berada di muka gua, maka tertutuplah Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam bersama Abu Bakar dari pandangan musuh-musuhnya. Allah juga memerintahkan dua burung merpati liar untuk membuat sarang di antara sarang laba-laba dan pohon di sampingnya. Pengejaran yang dilakukan kaum Musyrikin itu menjangkau mulut gua Tsaur itu. Akan tetapi Allah menutupi keduanya sehingga tidak ada seorang pun yang melihat mereka. Yang terlihat oleh kaum Musyrikin hanyalah sarang laba-laba yang menutupi pintu gua itu, hal itu sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam firman-nya yang berbunyi :

فَأَنْزَلَ اللهُ سَكِيْنَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُوْدٍ لَمْ تَرَوْهَا. (التوبة : 40)

“Maka Allah meurunkan ketenanganNya pada (Rasul)-Nya, dan diperkuatnya dengan bala tentara yang tidak terlihat oleh mereka (Musyrikin).”(At-taubah:40) Dari dalam gua itu Abu Bakar yang menyaksikan gerak-gerik kaum Musyrikin yang ada di atas gua sempat berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah! Andaikata salah seorang dari mereka sampai mengangkat telapak kakinya, pasti mereka akan melihat kita.” Jawab Rasulullah, “Jangan kamu kira kita ini hanya berdua, Allahlah yang ketiganya.” Pembicaraan keduanya itu direkam oleh Allah dalam firmanNya yang berbunyi : ثَانِىَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الغَارِ إِذْ يَقُوْلُ لِصَاحِبِهِ لاَ تَحْزَنْ إِنَّ اللهَ مَعَنَا.(التوبة : 40)

“Salah seorang dari dua orang yang sedang berada dalam gua itu berkata kepada temannya, “Janganlah kamu (Abu Bakar) bersusah hati, sesungguhnya Allah beserta kita.” (At-Taubah: 40) orang-orang Quraisy yang gagal menemukan Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam itu segera mengumumkan akan memberi hadiah seratus ekor unta bagi yang dapat menemukan baginda Rasulullah. Nabi dan Abu Bakar hanya tiga malam saja bersembunyi dalam gua Tsaur itu. Kemudian keduanya melanjutkan perjalanan mereka dengan ditemani oleh Amir bin Furaihah dan Abdullah bin ‘Uraiqit sebagai penunjuk jalan. Mendengar sayembara yang dikeluarkan oleh kaum Quraisy itu, Suraqah bin Malik bin Ju’syum seorang pemuda tangguh, berusaha mengejar Nabi untuk mengembalikannya kepada kaum Quraisy agar dia mendapat hadiah seratus ekor unta. Ia memacu kudanya dengan mengikuti jejak unta Nabi yang ditemukannya, hingga suatu ia tergelincir kudanya dan terpelanting berkali-kali. Ketika melihat Suraqah mendekat, Nabi berdoa memohon perlindungan kepada Allah yang menyebabkan kuda Suraqah terjatuh karena kakinya terbenam ke dalam pasir. Di saat itulah Suraqah sadar bahwa dia tidak akan dapat menangkap Rasulullah. Dalam keadaan kaki kudanya sedang ditelan bumi ia pun segera memohon pertolongan kepada Rasulullah. Ia berteriak sekuat tenaga, “Aku adalah Suraqah bin Malik bin Ju’syum, berhentilah sebentar aku mau bicara denganmu, dan aku berjanji tidak akan berbuat yang membahayakanmu!” Nabi menyuruh Abu Bakar menanyakan maksud Suraqah yang sebenarnya. Maka Suraqah menjawab, “Tuliskan sebuah surat yang dapat kami jadikan bukti antara aku dan kamu!” Amir bin Fuhairah segera menuliskan satu tulisan pada sepotong tulang atau pada selembar kulit. Nabi berkata pada Suraqah, “Bagaimanakah kalau anda kelak memakai perhiasan Kaisar Persia?” Apa yang diucapkan oleh Nabi ini ternyata menjadi kenyataan sewaktu kerajaan Kaisar Persia dapat ditumbangkan oleh kaum Muslimin di masa pemerintahan khalifah Umar bin Al-Khattab ra Pada waktu mahkota dan segala perhiasan Kaisar Persia diserahkan kepada Khalifah Umar, maka Baginda memanggil Suraqah bin Malik untuk diberi Mahkota dan perhiasan Kaisar Persia itu sebagai pemenuhan apa yang dijanjikan oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam waktu itu. Di tengah perjalanan, kafilah Nabi itu bertemu dengan perkemahan Ummi Ma’bad yang berdiri di tengah-tengah padang pasir. Di sisi kemah itu, Nabi melihat ada seekor kambing yang kurus dan sakit. Baginda pegang puting susu kambing itu, maka sambil berdoa baginda perah hingga keluarlah air susu dari kambing yang biasanya tidak bisa mengeluarkan. Pada mulanya air susu itu diberikan kepada Ummi Ma’bad, kemudian diperah lagi buat rombongan yang ikut bersama baginda. Selanjutnya baginda perah lagi untuk diberikan pada suami Ummi Ma’bad yang ketika itu sedang menggembala kambing-kambingnya. Sehingga setibanya Abu Ma’bad, ia terperanjat melihat ada segelas susu yang terletak di atas mejanya. Ia bertanya pada isterinya mengenai asal muasal air susu dalam gelas itu. Kata Ummi Ma’bad, “Demi Allah, tadi ada seorang lelaki yang membawa berkat kemari, ia mempunyai akhlak yang tinggi sekali dan tutur katanya amat sopan pula.” Mendengar kisah Ummi Ma’bad itu, maka Abu Ma’bad berkata, “Demi Allah aku harus menemui lelaki bangsa Quraisy yang sedang diburu oleh kaumnya itu.” Demikianlah Nabi melanjutkan perjalanannya hingga Quba’ (pinggiran kota Madinah). Baginda sampai di sana tepat pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul-Awwal yang merupakan hari pertama bagi sejarah Islam. Setelah itu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam singgah di rumah Kultsum bin Hadam, lalu melaksanakan shalat Jumat di Bani Salim bin ‘Auf dan itulah shalat Jum’at pertama yang dilaksanakan dalam Islam. Sesampainya di Madinah, Nabi sholallah alaihi was salam segera mengutus Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi’ untuk pergi ke Mekkah dengan bekal dua ekor keledai dan uang sebanyak lima ratus dirham, lalu mereka kembali bersama Fathimah binti Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, Ummi Kultsum, Saudah binti Zam’ah, Usamah bin Zaid dan Ummu Aiman radhiyaalhu ‘anhum.

Isteri-Isteri Nabi Muhammad Sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam Isteri-isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam adalah sebagai berikut : Khadijah binti Khuwailid ra. Beliau telah hidup bersama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sejak 15 tahun sebelum turun wahyu hingga tiga tahun sebelum Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hijrah ke Madinah dan beliau wafat di sisinya. Saudah binti Zam’ah ra. Beliau hidup bersama Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hingga lanjut usia. Suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak menceraikannya, namun akhirnya dia rela untuk memberikan giliran harinya untuk ‘Aisyah ra dan dia berkata, “Wahai Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, aku sudah tidak lagi memiliki ghirah terhadap laki-laki, namun aku ingin agar kelak di akhirat dikumpulkan bersama isteri-isteri engkau.” Di antara salah satu keistimewaannya adalah dia pernah menjadi isteri tunggal Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam selama tiga tahun setelah meninggalnya Khadijah dan dia meninggal dunia pada tahun lima puluh lima Hijriyah. ‘Aisyah binti Abi Bakar ra. Beliau menikah dengan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam di Mekkah 2 tahun sebelum hijrah. Menurut sebagian riwayat 3 tahun sebelum hijrah. Pada saat itu ‘Aisyah berusia 6 atau 7 tahun dan beliau tinggal bersama Nabi di Madinah dalam usia 9 sembilan tahun. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggal dunia dalam pangkuannya dan pada saat itu ‘Aisyah berusia 18 tahun. ‘Aisyah ra meninggal dunia pada tahun 58 Hijriyah, namun menurut sebagian riwayat bukan pada tahun itu dan Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam tidak pernah menikah dengan seorang gadis kecuali dengannya dan dia dijuluki dengan Ummu Abdillah (karena dia telah memelihara Abdullah bin Zubair, putera Asma’ saudara perempuan ‘Aisyah, isteri Zubair bin Awwam). Hafshah binti Umar bin Khathab ra. Diriwayatkan bahwa pada suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam hendak menceraikannya, lalu Jibril datang kepadanya dan berkata, “Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkanmu untuk kembali kepada Hafshah karena dia adalah wanita ahli ibadah dan berpuasa.” Dalam hadits yang lain dijelaskan bahwa kembalinya Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada Hafshah adalah sebagai tanda kasih sayang Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam kepada Umar bin Khathab ra. Hafshah bintu Umar bin Khathab meninggal dunia pada tahun 45 Hijriyah, namun menurut riwayat yang lain bukan pada tahun itu. Ummu Habibah binti Abi Sufyan ra. Beliau menikah dengan Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam ketika berada di Habasyah dan mas kawinnya adalah uang sebanyak empat ratus dinar, hadiah dari raja Najasi kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan yang menjadi wali dalam pernikahan tersebut adalah Utsman bin Affan ra. Ummu Habibah meninggal dunia pada tahun 4 Hijriyah. Ummu Salamah Hindun binti Umayyah ra. Beliau meninggal dunia pada tahun 62 Hijriyah. Dia adalah isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling terakhir meninggal dunia, akan tetapi menurut riwayat yang lain bahwa isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang paling terakhir meninggal dunia adalah Maimunah ra. Zainab binti Jahasy ra. Beliau meninggal dunia di Madinah pada tahun 20 Hijriyah. Dia adalah isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang pertama kali meninggal dunia setelah beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan orang pertama yang mayatnya dibawa dengan keranda. Juwairiyah binti al-Harits ra. Beliau adalah salah seorang tawanan perang dalam ghazwah Bani Mushthaliq, lalu Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam membebaskan dan menikahinya. Dia meninngal dunia pada tahun 56 enam Hijriyah. Maimunah binti al-Harits ra. Beliau adalah bibi Khalid bin Walid dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Dia adalah wanita terakhir yang dinikahi oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan dia wafat pada tahun lima puluh satu Hijriyah, akan tetapi dalam riwayat yang lain dikatakan bahwa beliau meninggal dunia pada tahun 66 Hijriyah. Shafiyyah binti Huyai bin Akhthab ra, seorang wanita Yahudi dari keturunan Nabi Harun as. Beliau adalah salah seorang tawanan dalam perang Khaibar, lalu Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam memerdekakan dan menikahinya. Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah menjadikan kemerdekaannya itu sabagai mahar dalam pernikahan tersebut dan beliau wafat pada tahun lima puluh Hijriyah. Zainab binti Khuzaimah ra, seorang wanita yang dikenal dengan nama Ummul Masakin (ibunya orang-orang miskin). Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah menikah dengannya pada tahun 3 Hijriyah, namun usia pernikahan tersebut berjalan tidak lama, karena hanya dalam waktu dua atau tiga bulan dia meninggal dunia. Demikianlah isteri-isteri Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam yang telah bergaul dan hidup bersama beliau sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sesuai dengan dalil-dalil yang kuat. Makam mereka sangat terkenal yaitu di Baqi’ kecuali Sayyidah Khadijah ra dan Sayyidah Maimunah ra. Sayyidah Khadijah ra dimakamkan di Hujun Mekkah sedangkan Sayyidah Maimunah ra dimakamkan di Wadi Sarif, salah satu lembah dekat Mekkah. Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Fathimah binti Dhahhak. Namun ketika turun ayat Tahyir (perintah kepada isteri-isteri Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam untuk menentukan pilihan yakni Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam atau dunia), dia justru memilih dunia, dari pada Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, maka Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam menceraikannya. Setelah peristiwa tersebut dia jatuh miskin, bahkan karena begitu miskinnya hingga sampai mencari sisa-sisa makanan di tempat-tempat sampah, dan dia mengatakan, “Aku adalah orang yang paling celaka, karena aku telah memilih dunia dan meninggalkan Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam.” Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan Syaraf saudara prempuan Dahiyah al-Kalabi ra. Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan Khaulah binti al-Hudzail. Dalam riwayat yang lain disebutkan Binti Hakim. Dia adalah seorang wanita yang telah memberikan dirinya kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam untuk dinikahi. Akan tetapi menurut riwayat yang lain bahwa wanita yang telah memberikan dirinya kepada Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam untuk dinikahi adalah Ummu Syuraik. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Asma’ binti Ka’ab al-Jauniyah ra, namun mereka semua telah diceraikan oleh Rasulullah sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam sebelum digauli. Disamping itu, Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan salah seorang wanita dari suku Ghifar, akan tetapi setelah Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam melihatnya berkulit putih yang sangat buruk, maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam mengembalikan kembali kepada keluarganya. Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Umaimah, namun anehnya ketika Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam datang kepadanya, dia berkata, “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya, “Semoga Allah Swt menjauhkan engkau dari orang yang engkau berlindung darinya. Kembalilah engkau pada keluargamu.” Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam juga pernah menikah dengan Aliyah binti Dhabyan, akan tetapi akhirnya dia diceraikan oleh Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam ketika hendak dikumpulinya. Rasulullah sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan puteri ash-Shalt, akan tetapi dia meninggal dunia sebelum dikumpuli oleh Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam. Nabi Muhammad sholallah alaihi was salam juga pernah menikah dengan Mulaikah al-Laitsiyah. Sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa dialah wanita yang mengatakan kepada Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam, “Aku berlindung kepada Allah darimu.” Lalu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam menceraikannya. Pada suatu saat Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam pernah meminang seorang wanita kepada ayahnya, lalu dia pun segera menyebutkan segala macam sifat dan prilaku anak perempuannya itu kepada Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam dan dia berkata, “Aku menambahkan satu hal lagi tentang anak perempuanku itu bahwa dia tidak pernah sakit.” Maka Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam berkata kepadanya, “Tidak ada kebaikan baginya di sisi Allah.” Lalu Nabi sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam meninggalkannya. Kepada setiap wanita yang dinikahinya Nabi Muhammad sholallah alaihi wa aalihi wa shohbihi was salam telah memberikan mas kawin uang sebanyak lima ratus dirham kecuali Shafiyyah dan Ummu Habibah. Demikian menurut pendapat yang paling benar.

Nah, itulah Sejarah Nabi Muhammad SAW dari Tourworldinfo Community yang kamidapatkan dari sumber refrensi terpecaya. Semoga Sejarah Nabi Muhammad SAW tersebut dapat membuat anda merasa lebih bersemangat dalam menjalankan hidup di dunia ini. Okay...

Malaysia Mengklim Tari Tor - Tor

TARI TOR-TOR


          Malaysia kembali mengklaim seni dan budaya Indonesia. Kali ini Tarian Tor-tor dan Paluan Gordang Sembilan masyarakat Mandailing, Sumatera Utara diklaim sebagai salah satu warisan budaya negara Malaysia.
Menteri Penerangan Komunikasi dan Kebudayaan Malaysia Datuk Seri Ratis Yatim dalam wawancara di  situs bernama.com menyatakan tarian tersebut merupakan salah satu cabang warisan budaya Malaysia. Ia juga akan mendaftarkan tarian tersebut ke dalam daftar warisan budaya kebangsaan Malaysia.
Menurut Rais dalam situ bernama. Com, apa yang diperjuangkan masyarakat Mandailing dalam seni dan budaya sangat penting dan sehingga dapat diketahui asal usul mereka yang menunjukan perpaduan dengan masyarakat lain.
Klaim seni dan budaya Indonesia atas Malaysia bukan sekali ini saja dilakukan Malaysia. Sebelumnya Malaysia juga pernah mengklaim lagu Rasa Sanyange, Reog Ponorogo dan Angklung sebagai warisan budaya Malaysia
Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Ciputat, Musni Umar, mengatakan Malaysia sebaiknya berkomunikasi dengan Indonesia sebelum memasukkan Tarian Tor Tor dan alat musik Gondang Sambilan (Sembilan Gendang Besar), dalam Undang-Undang Warisan Nasional-nya.
Hal itu untuk menghindari salah paham antara Malaysia dan Indonesia.
“Masalah ini sangat kompleks, karena sejarahnya masyarakat Melayu ada di Malaysia dan Indonesia yang satu rumpun. Budayanya sudah tercampur baur,” ujar Musni, yang merupakan anggota dari Kumpulan Tokoh Terkemuka atau Eminent Persons Group Indonesia-Malaysia, ketika dihubungi, Minggu (17/6).
Musni mengatakan komunikasi dengan Indonesia menjadi perlu untuk menghindari isu ini dapat menimbulkan lagi protes dan antipati terhadap Malaysia terutama di kalangan muda Indonesia.
Sebelum mendaftarkan dua jenis budaya Mandailing itu dalam daftar warisan nasionalnya, Musni mengatakan diperjelas dulu bagaimana posisi Indonesia terkait Tari Tor Tor dan Gondang Sambilan.
“Jangan sampai hal itu disalahartikan sebagai upaya mengklaim budaya Indonesia. Kita tidak ingin isu ini menjadi bola liar yang bisa dieksploitasi pihak-pihak tertentu di Indonesia yang bisa mempengaruhi hubungan Indonesia dan Malaysia,” ujar Musni.
Mandailing adalah salah satu etnis masyarakat yang ada di Sumatra Utara. Menurut situs webMandailing.org, terjadi perantauan besar-besaran oleh masyarakat Mandailing ke pesisir barat Malaysia pada beberapa dekade pertama abad ke 19 akibat Perang Paderi.
Hingga kini keturunan orang-orang Mandailing masih banyak berada di wilayah negara bagian Negeri Sembilan, Perak, Pahang, dan Selangor di Malaysia.
Kantor berita Malaysia, Bernama, memberitakan pada Jumat bahwa Menteri Budaya, Komunikasi dan Informasi Malaysia, Datuk Seri Rais Yatim, mengatakan Tari Tor Tor dan Gondang Sembilan akan diakui dalam Undang-Undang Warisan Nasional 2005.
Hal itu dikatakan Rais ketika meresmikan peluncuran Komunitas Mandailing di Kuala Lumpur dan mengatakan siap mempromosikan seni dan budaya Mandailing.
Pasalnya, itu hal penting karena dapat memamerkan asal muasalnya, selain juga mengembangkan persatuan dengan komunitas-komunitas lain dan sejalan dengan konsep 1 Malaysia.

TARIAN TOR-TOR



Melimpahnya kebudayaan Indonesia terlihat dari beragamnya bentuk pertunjukan, tarian, alat musik, dan pakaian. Bukan hal mudah untuk menciptakannya karena harus mencurahkan akal budi dan daya upaya masyarakat suatu wilayah. Wajar jika kemudian terjadi perdebatan panjang saat Tari Tor-tor dan Gordang Sembilan (Gondang Sembilan) dari Mandailing, Sumatra Utara, dinyatakan akan menjadi hak cipta Malaysia.
Menurut Togarma Naibaho, pendiri Sanggar budaya Batak, Gorga, kata "Tor-tor" berasal dari suara entakan kaki penarinya di atas papan rumah adat Batak. Penari bergerak dengan iringan Gondang yang juga berirama mengentak. "Tujuan tarian ini dulu untuk upacara kematian, panen, penyembuhan, dan pesta muda-mudi. Dan tarian ini memiliki proses ritual yang harus dilalui," kata Togarma kepada National Geographic Indonesia, Selasa (19/6).
Pesan ritual itu, lanjut Togarma, ada tiga yang utama. Yakni takut dan taat pada Tuhan, sebelum tari dimulai harus ada musik persembahan pada Yang Maha Esa. Kemudian dilanjutkan pesan ritual untuk leluhur dan orang-orang masih hidup yang dihormati. Terakhir, pesan untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara. Barulah dilanjutkan ke tema apa dalam upacara itu.
"Makna tarian ini ada tiga, selain untuk ritual juga untuk penyemangat jiwa. Seperti makanan untuk jiwa. Makna terakhir sebagai sarana untuk menghibur," imbuh mantan pengajar Seni Rupa dan Desain di Universitas Trisakti, Jakarta itu.

Tari Tor-tor dari Sumatra Utara. Tarian ditampilkan dengan maksud membangkitkan jiwa yang ada dalam diri manusia. (Feri Latief)
Durasi Tari Tor-tor bervariasi, mulai dari tiga hingga sepuluh menit. Di tanah Batak, hal ini tergantung dari permintaan satu rombongan yang mau menyampaikan suatu hal ke rombongan lain. Dimintalah satu buah lagu pada pemusik. Jika maksud sudah tersampaikan, barulah tarian dihentikan.
Tarian ini akhirnya bertransformasi di Ibu Kota karena mulai ditampilkan di upacara perkawinan. Jika sudah sampai di upacara ini, bentuknya bukan lagi ritual melainkan hiburan. Karena menjadi tontonan dan tidak semua yang hadir ikut terlibat dalam tarian tersebut.
Memang belum ada buku yang mendeskripsikan rekam sejarah Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan. Namun, ditambahkan oleh Guru Besar Tari Universitas Indonesia Edi Sedyawati, sudah ada pencatatan hasil perjalanan di zaman kolonial yang mendeskripsikan Tari Tor-tor.
Meski demikian, sama seperti kebudayaan di dunia ini, Tari Tor-tor juga mengalami pengaruh dari luar yaitu India. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh pengaruhnya bisa tercatat hingga ke Babilonia.


Gondang Sembilan
Tari Tor-tor selalu ditampilkan dengan tabuhan Gondang Sembilan. Warga Mandailing biasanya menyebutnya Gordang Sembilan, sesuai dengan jumlah gendang yang ditabuh.
Jumlah gendang ini merupakan yang terbanyak di wilayah Suku Batak. Karena gendang di wilayah lainnya seperti Batak Pakpak hanya delapan buah, Batak Simalungun tujuh buah, Toba enam buah, dan di Batak Karo tingga tersisa dua buah gendang.
Menurut analisa Togarma, banyaknya jumlah gendang ini ada hubungannya dengan pengaruh Islam di Mandailing. Di mana besarnya gendang hampir sama dengan besar bedug yang ada di masjid. "Ada kesejajaran dengan agama Islam. Bunyi gendangnya pun mirip seperti bedug."
Gendang ini juga punya ciri khas lain yakni pelantun yang disebut Maronang onang. Si pelantun ini biasanya dari kaum lelaki yang bersenandung syair tentang sejarah seseorang, doa, dan berkat. "Senandungnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunitas peminta acara," imbuh Togarma.
Sayangnya keindahan budaya Tari Tor-tor dan Gondang Sembilan ternoda dengan kurangnya penghargaan. Sulit mencari pihak yang mau membiayai pagelaran budaya ini, terutama di Ibu Kota. Hanya karena pejuang-pejuang seni Batak, Tari Toro-tor dan Gondang ini masih tumbuh dan terlihat keberadannya.
"Kebudayaan itu pengisi batin, bagian dari kehidupan. Karena hidup tidak cukup dengan makan saja, jiwa juga harus terisi seni," ujar Togarma.

Selasa, 19 Juni 2012

Pantun Nasehat


Kalau harimau sedang mengaum
Bunyinya sangat berirama
Kalau ada ulangan umum
Marilah kita belajar bersama

Hati-hati menyeberang
Jangan sampai titian patah
Hati-hati di rantau orang
Jangan sampai berbuat salah

Banyak sayur dijual di pasar
Banyak juga menjual ikan
Kalau kamu sudah lapar
Cepat cepatlah pergi makan

Manis jangan lekas ditelan
Pahit jangan lekas dimuntahkan
Mati semut karena manisan
Manis itu bahaya makanan.

Buah berangan dari Jawa
Kain terjemur disampaian
Jangan diri dapat kecewa
Lihat contoh kiri dan kanan

Di tepi kali saya menyinggah
Menghilang penat menahan jerat
Orang tua jangan disanggah
Agar selamat dunia akhirat

Tumbuh merata pohon tebu
Pergi ke pasar membeli daging
Banyak harta miskin ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Anak ayam turun sembilan
Mati satu tinggal delapan
Ilmu boleh sedikit ketinggalan
Tapi jangan sampai putus harapan

Anak ayam turun delapan
Mat satu tinggal lah tujuh
Hidup harus penuh harapan
Jadikan itu jalan yang dituju

Ada ubi ada talas
Ada budi ada balas
Sebab pulut santan binasa
Sebab mulut badan merana

Jalan kelam disangka terang
Hati kelam disangka suci
Akal pendek banyak dipandang
Janganlah hati kita dikunci

Bunga mawar bunga melati
Kala dicium harum baunya
Banyak cara sembuhkan hati
Baca Quran paham maknanya

Ilmu insan setitik embun
Tiada umat sepandai Nabi
Kala nyawa tinggal diubun
Turutlah ilmu insan nan mati

Ke hulu membuat pagar,
Jangan terpotong batang durian;
Cari guru tempat belajar,
Supaya jangan sesal kemudian.

Angin teluk menyisir pantai
Hanyut rumpai di bawah titi
Biarlah buruk kain dipakai
Asal pandai mengambil hati

Pergi mendaki Gunung Daik
Hendak menjerat kancil dan rusa
Bergotong-royong amalan yang baik
Elok diamalkan setiap masa

Air melurut ke tepian mandi
Kembang berseri bunga senduduk
Elok diturut resmi padi
Semakin berisi semakin tunduk
Daun sirih ulam Cik Da
Makan sekapur lalu mati
Walaupun banyak ilmu di dada
Biar merunduk resmi padi
Buah pelaga makan dikikir
Dibawa orang dari hulu
Sebarang kerja hendak difikir
Supaya jangan mendapat malu

Kemumu di tengah pekan
Dihembus angin jatuh ke bawah
Ilmu yang tidak diamalkan
Bagai pohon tidak berbuah
Tumbuh melata si pokok tebu
Pergi pasar membeli daging
Banyak harta tak ada ilmu
Bagai rumah tidak berdinding

Tulis surat di dalam gelap
Ayatnya banyak yang tidak kena
Jagalah diri jangan tersilap
Jikalau silap awak yang bencana

Hendak belayar ke Teluk Betong
Sambil mencuba labuhkan pukat
Bulat air kerana pembetung
Bulat manusia kerana muafakat 
 
Kehulu memotong pagar
Jangan terpotong batang durian
Cari guru tempat belajar
Jangan jadi sesal kemudian




Kemuning ditengah balai
Bertumbuh terus semakin tinggi
Berunding dengan orang tak pandai
Bagaikan alu pencungkil duri

Harapkan untung menggamit
Kain dibadan didedahkan
Harapkan guruh dilangit
Air tempayan dicurahkan

Ngun Syah Betara Sakti
Panahnya bernama Nila Gandi
Bilanya emas banyak dipeti
Sembarang kerja boleh menjadi

Kerat kerat kayu diladang
Hendak dibuat hulu cangkul
Berapa berat mata memandang
Berat lagi bahu memikul

Parang ditetak kebatang sena
Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu

Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang

Padang temu padang baiduri
Tempat raja membangun kota
Bijak bertemu dengan jauhari
Bagaikan cincin dengan permata

Sejarah Perkembangan Islam Di Indonesia


A. Kedatangan dan Penyebaran Islam di Indonesia

Pada abad ke-1 hingga ke-7 M, pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa sering disinggahi pedagang asing, seperti Pelabuhan Lamuri (Aceh), Barus dan Palembang di Sumatra serta Pelabuhan Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Cikal bakal keberadaan Islam di Nusantara telah dirintis pada periode abad ke-1 hingga ke-5 H atau abad ke-7 hingga ke-8 M. Pada periode ini, para pedagang dan mubalig membentuk komunitas Islam. Para mubalig memperkenalkan dan mengajarkan Islam kepada penduduk setempat tentang Islam. Ajaran-ajaran Islam tersebut antara lain sebagai berikut :
1. Islam mengajarkan toleransi terhadap sesama manusia, saling menghormati dan tolong menolong.
2. Islam mengajarkan bahwa dihadapan Allah, derajat semua manusia sama, kecuali takwanya.
3. Islam mengajarkan bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Pengasih dan Penyayang, dan mengharamkan manusia saling berselisih, bermusuhan, merusak, dan saling mendengki.
4. Islam mengajarkan agar manusia menyembah hanya kepada Allah dan tidak menyekutukannya serta senantiasa setiap saat berbuat baik terhadap sesama manusia tanpa pilih kasih.

Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk Indonesia. Dengan demikian, dakwah dan pengaruh Islam makin meluas, baik di kalangan masyarakat biasa, maupun bangsawan atau penguasa.

Proses Islamisasi diperkirakan sudah berlangsung sejak persentuhan itu terjadi. Di Aceh, kerajaan Islam Samudra Pasai berdiri pada pertengahan abad ke-13 M sehingga perkembangan masyarakat muslim di Malaka semakin pesat. Ibnu Batutah menceritakan, Sultan Kerajaan Samudra Pasai, Sultan Al Malik Az Zahir dikelilingi oleh ulama dan mubalig Islam.

Sementara itu di Jawa proses penyebaran Islam sudah berlangsung sejak abad ke-11 M dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang bertahun 475 H/1082 M.
Pengaruh Islam yang masuk ke Indonesia bagian timur, terutama Maluku, tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang terbentang sepanjang pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan Maluku.

Menurut Tome Pires, masyarakat yang masuk Islam di Maluku dimulai kira-kira tahun 1460-1465 M. Mereka datang dan menyebarkan pembelajaran Islam melalui perdagangan, dakwah, dan perkawinan.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad 15 M sudah didatangi oleh pedagang-pedagang muslim yang kemungkinan berasal dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Pada abad ke-16 di daerah Goa sebuah kerajaan terkenal di daerah itu telah terdapat masyarakat muslim.

B. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
1. Ilmu-ilmu Keagamaan
Perjuangan itu dilakukan, diberbagai aspek antara lain pendidikan, kesehatan, dakwah, sosial, politik hingga teknologi. Setidaknya ada dua cara yang dilakukan oleh para ulama dalam menumbuhkembangkan ajarannya yaitu sebagai berikut :
a. Membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai mubalig ke daerah-daerah yang lebih luas.
b. Melalui karya-karya tulisan yang tersebar dan dibaca di seluruh Nusantara. Karya-karya itu mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu agama di Indonesia pada masa itu.

Ilmuwan-ilmuwan muslim di Indonesia tersebut, antara lain :
a. Hamzah Fansuri (sufi) dari Sumatera Utara. Karyanya yang berjudul Asrar Al Arifin fi Bayan ila Suluk wa At Tauhid.
b. Syamsuddin As Sumatrani dengan karyanya berjudul Mir’atul Mu’min (Cermin Orang Beriman).
c. Nurrudin Ar Raniri, yaitu seorang yang berasal dari India keturunan Arab Quraisy Hadramaut. Karya-karyanya meliputi ilmu fikih, hadis, akidah, sejarah, dan tasawuf yang diantaranya adalah As Sirat Al Mustaqim (hukum), Bustan As Salatin (sejarah), dan Tibyan fi Ma’rifat Al Adyan (tasawuf).
d. Abdul Muhyi yang berasal dari Jawa. Karyanya adalah kitab Martabat Kang Pitu (Martabat yang Tujuh).
e. Sunan Bonang dengan karyanya Suluk Wijil
f. Ronggowarsito dengan karyanya Wirid Hidayat Jati
g. Syekh Yusuf Makasar dari Sulawesi (1629-1699 M). Karya-karyanya yang belum diterbitkan sekitar 20 buah yang masih berbentuk naskah.
h. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (1812 M) seorang ulama produktif yang menulis kitab sabitul Muhtadil (fikih).
i. Syekh Nawawi Al Bantani yang menulis 26 buah buku diantaranya yang terkenal Tafsir Al Muris
j. Syekh Ahmad Khatib dari Minangkabau (1860-1916 M)

2. Arsitektur Bangunan
Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau memiliki penduduk yang juga terdiri dari beragam suku, bangsa, adat, kebiasaan dan kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu perbedaan latar belakang tersebut, arsitektur bangunan-bangunan Islam di Indonesia tidak sama antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Beberapa hasil seni bangunan pada masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain. Masjid-masjid kuno di Demak, Sandang Duwur Agung di Kasepuhan Cirebon, Masjid Agung Banten dan Masjid Baiturahman di Aceh.

Beberapa masjid masih memiliki seni masih memiliki seni bangunan yang menyerupai bangunan merupai pada zaman Hindu. Ukiran-ukiran pada mimbar, hiasan lengkung pola kalamakara, mihrab dan bentuk mastaka atau memolo menunjukkan hubungan yang erat dengan kebudayaan agama Hindu, seperti Masjid Sendang Duwur.

C. Peranan Umat Islam pada Masa Penjajahan, Masa Kemerdekaan dan Masa Perkembangan
1. Masa penjajahan
Jauh sebelum Belanda masuk ke Indonesia, sebagian besar masyarakat Nusantara telah memeluk agama Islam yang ajarannya penuh kedamaian, saling menghormati, dan tidak bersikap buruk sangka terhadap bangsa asing. Semula bangsa asing seperti Portugis dan Belanda datang ke Indonesia hanya untuk berdagang, tetapi dalam perkembangan selanjutnya niat itu berubah menjadi keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai koloni di bawah kekuasaan dan jajahannya. Portugis berhasil meluaskan wilayah dagangnya dengan menguasai Bandar Malaka di tahun 1511 sehingga akhirnya mereka dapat masuk ke Maluku, Ternate dan Tidore.

Portugis juga mematikan aktivitas perdagangan kaum muslim Indonesia di daerah lainnya seperti Demak. Pada tahun 1527 M, Demak di bawah pimpinan Fatahillah berhasil menguasai Banten. Banten dan Aceh kemudian menjadi pelabuhan yang ramai menggantikan Bandar Malaka.

Dilandasi semangat tauhid dan hasil pendidikan yang diperoleh dari pesantren menyebabkan semakin bertambahnya kader pemimpin dan ulama yang menjadi pengayom masyarakat. Kaum bangsawan dan kaum adat yang semula tidak memahami niat para ulama untuk mempertahankan Indonesia dari cengkeraman penjajah secara perlahan bersatu padu untuk mempertahankan Nusantara dari ekspansi Belanda.

Contoh perlawanan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh tersebut antara lain:
1. Tuanku Imam Bonjol melalui Perang Paderi (1821-1837) di Sumatera Barat.
2. Pangeran Diponegoro (1815-1838) melalui Perang Diponegoro di Jawa Tengah.
3. Perang Aceh (1873-1904) di bawah pimpinan Panglima Pilom, Teuku Cik Ditiro, Teuku Umar, dan Cut Nyak Din.

2. Masa Kemerdekaan
Umat Islam kemudian mengganti perjuangannya melawan penjajahan dengan strategi atau jalan mendirikan organisasi-organisasi Islam yang diantaranya sebagai berikut :
a. Syarikat Dagang Islam
Syarikat Dagang Islam yang kemudian berubah menjadi Syarikat Islam berdiri pada tahun 1905 dipimpin oleh H. samanhudi, A.M. Sangaji, H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim. perkumpulan ini berdiri dengan maksud untuk meningkatkan taraf hidup bangsa ndonesia, terutama dalam dunia perniagaan.

b. Jam’iatul Khair
Berdiri pada tahun 1905 M di Jakarta adalah pergerakan Islam yang pertama di pulau Jawa. Anggotanya kebanyakan keturunan (peranakan) Arab.

c. Al Irsyad
Al Irsyad adalah organisasi Islam yang didirikan tahun 1914 M oleh para pedagang dan ulama keturunan Arab, seperti Syekh Ahmad Sorkali.

d. Perserikatan Ulama
Gerakan modernis Islam yang berdiri pada tahun 1911 M oleh Abdul Halim dan berpusat di Majalengka Jawa Barat. Organisasi ini diakui keberadaannya oleh Belanda tahun 1917 dan bergerak dibidang ekonomi dan sosial, seperti mendirikan panti asuhan yatim piatu pada tahun 1930 M.

e. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta 18 November 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan bertepatan tanggal 8 Zulhijah 1330. Muhammadiyah bukan merupakan partai politik, tetapi gerakan Islam yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan.

f. Nahdatul Ulama
Didirikan pada bulan Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari yang bertujuan membangkitkan semangat para ulama Indonesia dengan cara meningkatkan dakwah dan pendidikan karena saat itu Belanda melarang umat Islam mendirikan sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam seperti Pesantren.

3. Masa Perkembangan
Di masa perkembangan atau setelah memperoleh kemerdekaan, umat Islam juga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya memajukan bangsa dan negara. Peran-peran tersebut antara lain dilakukan melalui hal-hal sebagai berikut.

a. Membentuk Departemen Agama
Tujuan dan fungsi Departemen Agama dirumuskan sebagai berikut:
1) Mengurus serta menuntut pendidikan agama di sekolah-sekolah serta membimbing perguruan-perguruan agama.
2) Mengikuti dan memperhatikan hal-hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan.
3) Memberi penerangan dan penyuluhan agama.

b. Di Bidang Pendidikan
Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok daerah. Lembaga ini dipimpin oleh seorang kyai dan saat ini sudah banyak muncul pesantren yang bersifat modern. Artinya, pendidikan Islam tersebut memiliki kurrikulum dan jenjang-jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar (ibtidaiyah), menengah (tsanawiyah), dan tingkat atas (aliyah), bahkan sampai ke tingkat perguruan tinggi, seperti Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang sekarang telah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN).

c. Majelis Ulama Indonesia
Selain Departemen Agama, pemerintah Indonesia juga mendirikan Majelis Ulama Indonesia (MUI), yaitu suatu wadah kerja sama antara pemerintah dan ulama dalam urusan keorganisasian, khususnya agama Islam. Majelis Ulama Indonesia bergerak dalam bidang dakwah dan pendidikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat berdiri pada bulan Oktober 1962 yang memiliki tujuan awal antara lain sebagai berikut :
1) Pembinaan mental dan agama bagi masyarakat.
2) Ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan revolusi dan pembangunan semesta berencana dalam rangka demokrasi terpimpin.

D. Hikmah Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Setelah memahami bahwa perkembangan Islam di Indonesia memiliki warna atau ciri yang khas dan memiliki karakter tersendiri dalam penyebarannya, kita dapat mengambil hikmah, diantaranya sebagai berikut:
1. Islam membawa ajaran yang berisi kedamaian.
2. Penyebar ajaran Islam di Indonesia adalah pribadi yang memiliki ketangguhan dan pekerja keras.
3. Terjadi akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal meskupin Islam tetap memiliki batasan dan secara tegas tidak boleh bertentangan dengan ajaran dasar dalam Islam.

E. Manfaat dari Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Banyak manfaat yang dapat kita ambil untuk dilestarikan diantaranya sebagai berikut:
1. Kehadiran para pedagang Islam yang telah berdakwah dan memberikan pengajaran Islam di bumi Nusantara turut memberikan nuansa baru bagi perkembangan pemahaman atas suatu kepercayaan yang sudah ada di nusantara ini.
2. Hasil karya para ulama yang berupa buku sangat berharga untuk dijadikan sumber pengetahuan.
3. Kita dapat meneladani Wali Songo telah berhasil dalam hal-hal seperti berikut.
a. Menjadikan masyarakat gemar membaca dan mempelajari Al Quran.
b. Mampu membangun masjid sebagai tempat ibadah dalam berbagai bentuk atau arsitektur hingga ke seluruh pelosok Nusantara
4. Mampu memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun peninggalan sejarah lainnya.
5. Seorang ulama atau ilmuwan dituntut oleh Islam untuk mempraktikkan tingkah laku yang penuh keteladanan agar terus dilestarikan dan dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
6. Para ulama dan umara bersatu padu mengusir penjajah meskipun dengan persenjataan yang tidak sebanding.

F. Perilaku Penghayatan Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
Ada beberapa perilaku yang merupakan cerminan dari penghayatan terhadap manfaat yang dapat diambil dari sejarah perkembangan Islam, yaitu antara lain sebagai berikut:
1. Berusaha menjaga persatuan dan kerukunan antaraumat beragama, saling menghormati, dan tolong menolong.
2. Menyikapi kejadian masa lalu dengan sikap sabar dan tetap meyakini bahwa setiap kejadian pasti ada hikmahnya.
3. Sumber ilmu pengetahuan yang berupa karya tulis dari para ulama hendaknya terus digali atau dipelajari dan dipahami maksudnya.

Kesimpulan
            Dari pembahasan diatas dapat kami simpulkan sebagai berikut:
-         Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijrah atau abad ke tujuh/ke delapan masehi. Ini mungkin didasarkan pada penemuan batu nisan seorang wanita muslimah yang bernama Fatimah binti Maimun di Leran dekat Surabaya yang bertahun 475 H atau 1082 M.
-         Corak dan Perkembangan Islam di Indonesia
-            Masa Kesulthanan
-            Masa Penjajahan
-            Gerakan dan organisasi Islam
-           Pengaruh Islam terhadap Peradaban Bangsa Indonesia dan Perkembangannya
Perkembangan Islam dan pengaruhnya di masyarakat Indonesia sangat luas, adapun pengaruhnya yaitu:
-         Pengaruh Bahasa dan Nama
-         Pengaruh Adat Istiadat
-         Pengaruh Dalam Kesenian dan Bangunan Ibadah
-         Pengaruh Dalam Bidang Politik

B.     Saran
            Demikian pembahasan dari makalah kami. Kami berharap semoga pembahasan dalam makalah ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca. Dan kami pun berharap pula kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan dalam tugas kami selanjutnya. Sekian dan terima kasih.


Sejarah Masuknya Islam Di Indonesia


BAB II
MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA

A.    Pendapat Para Sejarawan Tentang Masuknya Islam ke Indonesia
Menurut Hamka (1963:87-88, dalam Hasjmy, 1990:3), agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai pada abad ketujuh Masehi. Agama Islam datang ke Indonesia dengan dibawa oleh saudagar-saudagar Islam. Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang berasal dari Persia dan Gujarat.
Muhammad Said membuat kesimpulan (1963:226-227, dalam Hasjmy, 1990:4), sumber-sumber sejarah Arab mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan. Pada abad tersebut di berbagai bandar sudah banyak pendatang Arab yang beragama Islam. Sebaliknya, menurut sumber-sumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah yakni sekitar abad tujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan (1963:127, dalam Hasjmy, 1990:4), Islam masuk ke Indonesia pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat, akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah Syiah dan Syafi’i.
Muljana (2008:130), menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam yang bernama Perlak di daerah pantai timur Sumatra. Kerajaan itu diberi nama Peureulak karena didirikan oleh para pedagang asing dari Maroko, Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal abad kedua belas sudah menetap di sana.
Selain pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori lain yang menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia. Ketiga teori tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya menganalisis dari Sumatra dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan sampel wilayah Nusantara lainnya. Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat. Kemudian, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya batu nisan pertama Sultan kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh yang wafat 1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari koreksi dan kritik Hamka. Teori yang ketiga adalah teori Persia, teori ini lebih memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia. Dalam teori Persia dijelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh saudagar dari Gujarat. Jika kita melihat, teori Gujarat dan Persia itu mempunyai kesamaan. Perbedaan dalam kedua teori ini terletak pada ajarannya. Dalam teori Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik India. Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran sufi Indonesia dengan ajaran sufi Persia (Suryanegara, 1996:74-93).
Dari semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa menurut pendapat yang paling kuat Islam masuk ke Indonesia pada awal abad pertama Hijriyah yakni abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dan masuknya ke Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.
 
B.     Kerajaan- Kerajaan Islam di Indonesia
Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia ada banyak, antara lain:
1.      Kerajaan Islam di Peureulak
Menurut catatan sejarah bahwa pada tahun 173 Hijriyah (800 Masehi) telah berlabuh sebuah kapal milik para saudagar Islam yang dipimpin oleh nahkoda khalifah di kerajaan Peureulak. Para saudagar tersebut datang dari Teluk Kambey (Gujarat). Para saudagar tersebut datang ke Peureulak bukan hanya berniat untuk berdagang saja, akan tetapi juga untuk menyebarkan Islam di Indonesia.
Kerajaan Peureulak semula bukan kerajaan Islam, tetapi setelah Islam datang dan tersebar di Peureulak maka berdirilah kerajaan Islam di Peureulak. kerajaan Islam Peureulak berdiri pada hari selasa, satu Muharram 225 Hijriyah (840 Masehi). Sultan pertama kerajaan ini adalah Saiyid Maulana Abdul Aziz dengan gelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Ibukota kerajaan ini adalah Bandar Peurelak, akan tetapi kemudian diubah namanya menjadi Bandar Khalifah.

           2.    Kerajaan Islam Samudra Pasai
Pada tahun 433 Hijriyah (1042 Masehi) datang seorang keluarga Sultan Mahmud Peureulak di Tanon Data. Beliau datang kesana dengan tujuan untuk menyebarakan Islam dan  membangun kerajaan Islam Samudra Pasai. Sultan pertama kerajaan tersebut adalah Mahmud Syah dengan gelar Maharaja Mahmud Syah, beliau juga sering disebut dengan Meurah Giri. Menurut catatan sejarah kerajaan Islam Samudra Pasai memiliki tamaddun dan kebudayaan yang tinggi, antara lain: Telah mempunyai pemerintahan dan lembaga- lembaga Negara yang teratur, perekonomian dan keuangan yang stabil, perdagangan yang maju, lembaga- lembaga ilmu pengetahuan yang berkembang, angkatan perang dan hubungan luar negri yang teratur, mata uang sendiri.
Ibnu Batutah sendiri telah menulis tentang kemajuan dan teraturnya kerajaan Samudra Pasai. Beliau menulis dalam bukunya bahwa kerajaan tersebut memiliki raja-raja yang alim, bijaksana, berani dan cinta kepad ulama, sedankan menteri-menterinya arif dan budiman, ulama-ulamanya shalih dan jujur.
3.      Kerajaan Darussalam
Di daerah Aceh besar terdapat kerajaan yang bernama Indra Purba. Kerajaan ini berdiri sekitar 2000 tahun sebelum nabi Isa, selama ribuan tahun kerajaan tersebut selalu mengalami pasang surut. Pada tahun sekitar 450 sampai dengan 460 Hijriyah (1059 sampai dengan 1069 Masehi), tentara cina menyerang kerajaan Indra Purba yang pada masa tersebut di perintah oleh Maharaja Indra Sakti. Pada waktu perang berlangsung tibalah di kerajaan Indra Purba dua pasukan yang dikirim oleh kerajaan Islam Peureulak. Dengan demikian, bertambah kuatlah kekuatan kerajaan Indra Purba sehingga kerajaan Indra Purba mengalami kemenangan. Untuk  membalas jasa maka Maharaja Indra Sakti mengawinkan putrinya dengan Meurah Johan, salah seorang putra mahkota dari kerajaan Lingga.
Pada hari Jumat, Ramadlan 601 Hijriyah (1025 Masehi) diubahlah nama kerajaan Indra Purba dengan nama kerajaan Darussalam dengan ibukotanya Bandar Darussalam. Sultan Pertama di kerajaan ini adalah Meurah Johan dengan gelar Sultan Alaiddin Johan Syah. Setelah membuat ibukota baru yaitu Bandar Darussalam, beliau juga membuat kota peristirahatan yang nantinya di kota itulah beliau dimakamkan.
Selain kerajaan-kerajaan tersebut masih banyak kerajaan Islam lain yang lahir setelah kerajaan Hindu-Budha runtuh, diantaranya adalah kerajaan Demak di Jawa, kerajaan Lingga di Aceh Tengah, kerajaan Islam Jaya, dan lain-lain.

C.    Perkembangan Islam di Indonesia
Menurut Wahab (2004:6) mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan proses damai. Islam berkembang di Indonesia melalui beberapa jalan, diantaranya: Jalur perdagangan, lembaga pendidikan, dan pondok pesantren.
1.      Jalur Perdagangan
Suryanegara (1978:1, dalam Wahab, 2004:6) menjelaskan bahwa kedatangan Islam di Indonesia dikembangkan melalui jalur perdagangan dan daerah yang pertama di datangi oleh Islam adalah Sumatra dan Jawa. Hal ini didasarkan adanya perdagangan Arab dan dunia timur yang berlangsung sejak abad kedua sebelum Masehi. Selain itu, adanya berita dari Cina bahwa di Sumatra Barat terdapat seorang pembesar Arab yang menjadi kepala Arab Islam pada tahun 674 Masehi.
2.      Jalan Pendidikan
Wahab (2004:8) menyebutkan bahwa agama Islam selain dikembangkan melalui jalan perdagangan juga melalui jalan pendidikan. Ini dibuktikan dengan adanya lembaga pendidikan, lembaga tersebut sekarang masih ada, seperti: pondok pesantren, masjid, surau, dan sebagainya. Adanya pondok pesantren membuat agama Islam melakukan pembaharuan dalam masyarakat, budaya, dan kehidupan beragama.
Menurut Anshari (1976:176, dalam Wahab, 2004:7), “Kedatangan Islam ke Indonesia ini membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk kepribadian bangsa Indonesia”.
3.      Pondok Pesantren
Menurut Wahab (2004:9), kehidupan pondok pesantren zaman sekarang dengan pondok pesantren zaman dahulu telah mengalami perubahan dalam sistem pendidikannya atau keadaan lainnya. Dalam pendidikan zaman dahulu para santri diwajibkan tinggal di asrama pondok, hal inilah yang menyebabkan adanya jalinan kasih sayang yang kuat diantara para murid dan pendidik.
            Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa Islam dibawa dan disebarkan bukan dengan kekerasan, melainkan dengan perdamaian dan hal itu pulalah yang membawa Islam mudah diterima oleh rakyat Indonesia.
Menurut para pakar sejarah (Wahab, 2004:10), hal-hal yang terkait dengan perkembangan masuknya Islam di Indonesia adalah permulaan abad pertama Masehi yang para pedagang asing seperti Tiongkok, India, dan Arab mulai berlayar melalui pelayaran Indonesia. Kemudian setelah Islam lahir dan berkembang di Arab, akhirnya masuk juga di negara Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam masuk ke Indonesia pertama di daerah Sumatra dibawa oleh pedagang Persi, India, dan juga utusan dari bangsa Arab.
            Para ahli yang mengatakan Islam masuk di Sumatra pada abad ketujuh Masehi antara lain: Sayid Alwi bin Tahir Alhaddad Mufsi, H. M. Zaenudin (beliau mengatakan bahwa pada abad ketujuh saat Rasulullah masih hidup dan singgah pertama di Sumatra Utara yaitu Kampung Lamuri), dan H. Zaenal Arifin Abbas, (beliau menerangkan bahwa pada tahun 684 Masehi ada seorang pemimpin Arab Islam yang berangkat ke Tiongkok dan beliau sudah punya pengikut di Sumatra Utara).
            Menurut para ahli masuknya Islam di Sumatra adalah pada abad ketujuh Masehi. Hal ini dapat dibuktikan melalui peninggalan-peninggalan yang ditemukan, seperti di daerah Minangkabau Timur yang terdapat beberapa batu nisan yang diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi. Selain itu, di daerah Barus dan Riau terdapat kuburan besar dari ulama penyiar Islam yang mempunyai tanda batu-batu besar yang bergambar bulan bintang. Di daerah Riau juga ada  nama-nama daerah yang bersifat ke Arab-araban, seperti: kota Kutib, Iskandariyah, Kuffah, dan sebagainya. Sedangkan, di daerah Barus Tapanuli ditemukan batu yang bertuliskan huruf Arab, yang isinya adalah pencarian empat murid terhadap gurunya yang mengajar Islam di Barus. Batu itu diperkirakan dibuat pada abad ketujuh Masehi.
            Islam tidak hanya berkembang di Sumatra, akan tetapi juga di Jawa. Perkembangan Islam di Jawa disebarkan oleh para wali Sembilan (wali songo yang hidup pada masa kesultanan Demak yang terjadi antara tahun 1500 sampai dengan 1550. Para wali tersebut dalam pemerintahan bertugas sebagai penasihat raja. Wali-wali tersebut antara lain: Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Timur adalah Maulana Malik Ibrahim, Raden Rahmat (Sunan Ampel), Sunan Giri (Maulan Ainul Yakin). Selanjutnya, Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Tengah adalah Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Bonang, Sunan Muria, Sunan Muria, Syaikh Siti Jenar. Selain itu, Wali yang mengembangkan Islam di Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati (Fatahillah).
 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pendapat yang paling kuat mengatakan bahwa Islam masuk Ke Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Islam datang pertama kali dibawa oleh para pedagangdari Arab yang kemudian diikuti oleh para pedagang dari Persia dan Gujarat. Penyebaran Islam ke Indonesia bukan dengan cara kekerasan, akan tetapi dengan kedamaian. Hal itulah yang memudahkan Islam untuk diterima di Indonesia.
Setelah Islam datang, Indonesia menjadi bangsa yang cerdas dan memiliki peradaban yang tinggi. Hal ini dikarenakan Islam merupakan agama yang memiliki kecerdasan dan perdaban yang tinggi. Islam disebarkan di Indonesia melaui beberapa jalan, yaitu dengan perdagangan, pendidikan, pondok pesantren yang merupakan salah satu lembaga pendidikan. Islam masuk dan berkembang di Indonesia di sebarkan oleh para ulama khusus yang sasaran utamanya adalah pada rakyat kecil dahulu, setelah itu, baru menyebarkan Islam ke para bangsawan. Dalam perkembangannya Islam masuk ke Indonesia pada abad ketujuh Masehi ini bisa dibuktikan setelah melakukan penelitian dan dengan ditemukannya benda- benda yang memperkuat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketujuh Masehi. Selain daripada itu, dalam perkembangannya berdirilah kerajaan- kerajaan yang berlandaskan Islam. Kerajaan Islam yang pertama adalah Kerajaan Peurelak, dengan ibukota kerajaan tersebut adalah Bandar Peurelak. Setelah kerajaan ini maka berdirilah kerajaan- kerajaan Islam lain yang tersebar di hampir seluruh Nusantara terutama di Sumatra dan Jawa.

B.     Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu bagi para pembaca diharapkan lebih banyak membaca buku-buku tentang sejarah Islam. Diharapkan juga untuk lebih mencintai sejarah bangsa sendiri daripada sejarah bangsa lain. Untuk lebih memperkuat kepercayaan terhadap sejarah tersebut diharapkan untuk bisa melihat dari peninggalan-peninggalan sejarah yang tersebar di Indonesia.